Monday, October 24, 2016

Indonesia Kaya, Kekayaan Indonesia yang Terlihat di Mall GI

Beberapa waktu yang lalu, aku sempat mengunjungi salah satu tempat yang sudah lama kutahu, tapi baru kali itu aku berani menginjakkan kaki ke situ. Tempat yang aku datangi yaitu Indonesia Kaya, salah satu tempat yang memperkenalkan kekayaan Indonesia, yang letaknya ada di dalam mall Grand Indonesia. Unik banget bukan?

Sebelum bicara tentang apa saja yang dapat kita lihat di sini, kita perlu tahu dimana letaknya. Jadi, kalau mau menuju GI, kalian hanya perlu naik transjakarta sampai Tosari, berhenti dan lalu tinggal jalan kaki 5 menit.

Setelah itu, carilah jalan menuju Blitz Megaplex, bioskop yang ada di GI, sebagai patokan letaknya paling atas. Nah, persis di depan pintu masuk GI, di sebelahnya terletak sebuah pintu lain yang bertuliskan "Indonesia Kaya". Tempatnya memang terlihat ekslusif, tapi jangan takut. Di sini bukan restoran ataupun toko yang menjual barang-barang mewah, namun tempat untuk kita lebih mengenal kekayaan Indonesia.

Satpam akan memeriksa barang bawaan kalian, setelah itu kalian bisa masuk dengan free. Tempat ini udah modern banget, jadi cobalah bereksperimen ya. Kalau aku sih pertama kali tertarik melihat layar yang sudah canggih banget. Ternyata layar ini diperuntukkan bagi kita untuk bisa mengenakan pakaian adat.

Alat ini menggunakan sensor / gerakan tangan. Arahkan tangan ke tombol yang diinginkan, atur posisi maju atau mundur untuk menyesuaikan dengan pakaian, dan akhirnya bergaya deh. Oya, melihat dari gambar di atas, kameranya itu ada di bawah kanan (dekat kaki kanan kita), jadi memandanglah ke arah kamera ya, jangan seperti saya hehehhehe


Setelah itu, di sini kita bisa mengenal berbagai alat musik tradisional di Indonesia, bahkan kita bisa membuat lagu kita sendiri dengan alat tersebut dan memainkannya. Keren banget kan? Nah, inilah yang dimainkan oleh para pengunjung di sini.

Kita juga bisa menyaksikan layar film asli Indonesia. Di sini sih, ada lawakan-lawakan ala Petruk Gareng gitu, jadi kalau kamu mau tahu gimana, kunjungi aja langsung.

Wayang, salah satu pertunjukan asli Indonesia

Sebenarnya, apa sih yang dilakukan pria ini? Kok aneh banget tangannya sampe naik-naik begitu? Nah, ini dia jawabannya.
Ternyata dia sedang belajar mengemudikan sebuah pesawat yang menggunakan sensor tangan untuk menggerakkannya. Pesawat inilah yang akan membawa kita mengelilingi Indonesia.

Kita juga bisa mengenal berbagai jenis batik di sini dan pakaian-pakaian adat yang dipajang di lemari. Meskipun tidak begitu lengkap, namun fasilitasnya cukup menawan karena bergaya teknologi masa kini. Di sini juga disediakan tempat duduk bagi kamu yang sudah kelelahan setelah beraktivitas.

Friday, October 21, 2016

Jembatan yang Lagi Nge-Hits di Jakarta Barat

Baca di facebook, ada jembatan yang lagi bikin heboh. Katanya jembatan yang satu ini menarik para wisatawan untuk datang dan melewati jembatan tersebut. Karena penasaran, akhirnya aku pun berkunjung ke jembatan tersebut. Jembatan yang menghubungkan antara Central Park dan Neo Soho ini terlihat ramai dikunjungi, meskipun hari itu masih siang dan panas menyengat.

Jika dari Central Park, jembatannya bisa masuk diakses dari sini ataupun dari samping H&M yang ada di atas lantai ini


Ini pemandangan dari atas jembatan. Dikelilingi oleh bangunan-bangunan tinggi sehingga membuat kita merasa berjalan di antara bangunan tersebut.


Banyak yang asyik berfoto di sini, baik sendirian maupun bersama orang terkasih. Jembatannya luas sehingga menampung banyak orang. Meskipun siang terik, namun ada tempat untuk berlindung sehingga tidak akan kepanasan.

Lihatlah betapa banyaknya pengunjung yang memadati jembatan ini. Mereka semua banyak yang diam di tempat dan berfoto ria. Ditambah pemandangan yang menawan, kalian pasti betah kalau ke sini.
Bagi para orangtua dan mereka yang lelah, disediakan tempat untuk beristirahat. Letaknya ada di tengah-tengah jembatan. Karena berada di area tanpa atap, tempat ini sangat tidak menyenangkan jika sedang musim hujan.


Rata-rata yang datang bersama keluarga ataupun teman ini, nampaknya sangat betah berada di jembatan dan sangat sedikit yang pada akhirnya masuk ke Neo Soho. Saya sendiri berfoto ria di jembatan ini selama 15 menit karena ada banyak sudut pandang yang bisa diambil.


Nah, kita sudah berada di seberang (New Soho). Di sini masih terlihat masih ada perbaikan yang dilakukan, yang saya perkirakan dalam bulan November 2016 sudah selesai.

Saya sendiri tidak menuju Neo Soho namun balik lagi ke Central Park. Rencananya sih mau foto jembatan ini saat malam hari, ketika lampu-lampu bersinar berwarna-warni. Namun apa daya, hape iphone 5 yang saya pakai sudah memasuki masa kritis dan saya tidak bawa powerbank, jadi di bawah ini adalah foto-foto yang saya dapatkan dengan sisa-sisa kehidupan baterai yang ada.



Monday, October 10, 2016

Day 3 in Jogja - Jogja Kembali dan Perjalanan Pulang

Day 3

Monumen Jogja Kembali
Pengalaman saat pulang

Hari ini saya pulang pukul 3 sore, tapi masih ada waktu bukan buat jalan-jalan menyusuri tempat wisata di Jogja lainnya. Jadi saya putuskan untuk pergi ke Monumen Jogja Kembali.

Ada beberapa yang bisa kita lakukan di sini :
1. Melihat nama-nama siapa para pahlawan yang telah membela Jogja saat kemerdekaan
2. Berbagai permainan anak-anak yang bisa dimainkan
3. Cafe-cafe yang unik
4. Melihat diorama yang ada di museum
5. Berfoto di museum yang unik banget
6. Berfoto di sekitar lingkungan museum. Cakep deh pemandangannya
7. Melihat sejarah lewat tembok yang diukir di atas museum

Maaf banget, fotonya ga tahu ilang kemana. Ntar coba aja kamu foto-foto sendiri yaaa

Nah, setelah jam 11, aku pulang kembali ke kost, maklum perjalanannya agak jauh. Setelah mengambil seluruh hartaku yang sudah kusiapkan semalam, aku pun berpamitan dengan pengurus wismanya dan mulai berjalan menuju bis Trans Jogja.

Sesampainya di Terminal Giwangan, aku sudah setengah was-was aja. Jadi waktu di bis, aku udah coba telepon orang yang kemaren buatin aku tiket kembali. Eh, ga tahunya hapenya ga aktif. Bingung banget dah. Sesampainya di sana, aku menuju ke loketnya, tapi ternyata ga ada orang di situ. Nah, jelas aku tambah bingung dong ya

Karena aku hapal namanya, aku tanyakan kepada bapak-bapak yang lain yang lagi sibuk ngurusin bis. Dia cuma bilang untuk aku menunggu. Ketika dia lewat lagi, aku tanya gimana. Dia kemudian nganjurin aku ke satu orang.

Dari orang inilah aku baru tahu kalau bapak yang menjual tiket itu kabur sambil bawa uang, ada beberapa orang yang juga mengalami nasib yang sama.

Nasib ya nasib

Dan puji Tuhan banget, akhirnya kami diarahkan ke satu bis. Kami belinya sih tiket dengan bis AC dan toilet. Tempat duduknya pun harusnya cuma sedikit sehingga kaki bisa lega. Tapi akhirnya kami dikasih bis yang AC tapi ga ada toilet ternyata, apalagi tempat kakinya dikit banget. Mayanlah ya daripada harus beli tiket lagi.

Untungnya aku cuma bayar setengah tiket kemaren itu, jadi aku diharuskan bayar tiket lagi nih setengahnya. Kalau nggak, pasti aku juga ga diurusin. Dan itulah akhir petualanganku ke Jogja selama tiga hari

Monday, October 3, 2016

Day 2 in Jogja - Berwisata Seharian di Kampung Wisata Tamansari dan Sekitarnya

Day 2
Mesjid bawah tanah
Tamansari
Kraton Jogja
Alun-alun Utara
Benteng Vredeberg
Taman Pintar
Malioboro
Sumber toko batik
Alun-alun Selatan
Panggung Krapyak


Ga tahu nih foto-fotonya ada dimana, udah kucari-cari tapi ga nemu. Nyesel juga kalau udah pegi tapi lama baru ditulisnya. Gini nih resikonya. Nanti kalau ada, aku tambahin deh. Lagi berharap jangan sampe foto-fotonya ada di hard disc ku yang rusak itu.

Jadi di hari kedua ini, aku pegi ke banyak tempat yang asyik punya. Yang pertama aku pergi ke Mesjid Bawah Tanah. Mesjid ini unik banget. Dari luar, kita cuma ngeliat atapnya doang, tapi sekali masuk ke dalam begitu menggoda pemandangannya, meskipun juga sedikit menakutkan. Eh ternyata pas banget ada yang lagi prewedd. Jadi di tengah-tengah mesjid ini, ada semacam panggung gitu. Mereka foto di tengah-tengahnya. Yang menarik, keseluruhan mesjid dibuat dari tanah liat / bebatuan.

Dari mesjid, aku ke Gereja Bawah Tanah. Unik banget kan? Di sini tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, karena lebih menakutkan dari mesjid sebenarnya.

Sejalan dengan kedua tempat ini, aku menyusuri jalan menuju Taman Sari. Pas aku nyampe, si ganteng Christian Sugiono juga dateng. Kalau aja dia belum menikah, mungkin aku bakalan ngerasa dia jodohku kali yak, wkwkkwkkw

Taman Sari ini dulunya merupakan sebuah tempat pemandian, katanya sih para sultan jaman dulu suka mandi di sini. Bangunannya emang heboh. Di tengah-tengahnya ada kolam gede untuk mandi gitu, tapi sekarang cuma jadi kolam ga terawat. Tempatnya cukup luas nih, tapi menarik buat foto-foto. Kalau mau foto prewedd di sini juga oke banget.

Abis itu, aku menyusuri jalan yang berlawanan arah dengan yang tadi kudatangi, ternyata aku sampe di Keraton Jogja. Di sini, bagi yang ingin masuk keraton dan melihat-lihat, tidak diperkenankan menggunakan topi ataupun payung atau sesuatu yang menutupi kepala. Kenapa? Karena dianggap tidak sopan.

Tarif masuk Keraton berbeda antara turis domestik dan turis mancanegara.
Turis domestik : Rp 7000
Turis asing        : Rp 12.500
Pake kamera profesional, bayarannya ditambah Rp 1000
Keraton Yogyakarta hanya dibuka pukul 09.00 - 14.00 WIB

Lanjut dari keraton, aku temui banyak yang jual kaos Dagadu, baju tradisional Yogyakarta, dan juga suvenir lainnya. Setelah bertanya arah, aku pun jalan kaki ke alun-alun. Yang pertama, aku sampe di Alun-Alun Utara. Cuaca saat itu panas, jadi alun-alun ini terlihat gersang. Beli es kelapa pun ga enak, karena udah banyak yang cair esnya sehingga rasanya hambar, kelapanya pun udah alot kayak kakek-kakek saking tuanya, hehehhe

Akhirnya, aku lanjut aja jalan. Eh jalan-jalan malah tiba di Titik Nol. Di sana, aku menuju ke Benteng Vredeberg, dia berada di Jl. Jend A. Yani No. 6. Untuk masuk ke benteng ini, harganya lumayan murah lho.
Dewasa Rp 2000
Anak-anak Rp 1000

Apa yang bisa kita lakukan di sini? Ada banyakkk...
1. Pas pertama masuk, kita bisa langsung ke bioskopnya. Ada film-film lawas di sana. Ga usah bayar lagi, tinggal nikmati aja.
2. Melihat diorama bagaimana Indonesia merdeka. Di sebelah bioskop persis, yang ada itu diorama 2, jadi untuk melihat dari nomor satu, kalian harus ke kanan setelah masuk gerbang. Abis itu nyeberang untuk ke diorama 2. Nanti dari diorama 2, diarahkan kok ke diorama 3 dan 4-nya.
3. Kalian bisa main game juga di dalam gedung diorama itu. Jadi di sana disediakan komputer yang bisa ada game-nya, gamenya ga jauh-jauh dari kebudayaan dan perjuangan bangsa Indonesia.
4. Foto prewedd juga bagus di sini
5. Para mahasiswa kesenian juga ngelukis gedung-gedung waktu aku dateng ke sini. Lukisannya apik banget.
6. Ada perpusnya juga
7. Kamu bisa naik ke lantai duanya dan lihat bagaimana benteng-benteng ini dipagari. Oya, kita juga bisa lihat tempat tinggal para tentara dulu.

Dari Benteng Vredeberg, aku lanjut lagi ke Taman Pintar, jalan kaki aja karena cukup deket kok. Kalau kamu ingin mengedukasi anak, ini tempat yang tepat untuk memulai. Ada beberapa wahana yang dapat dipilih, sambil bermain sambil belajar.

Di Taman Pintar ini ada planetarium yang dipakai buat mengenal bintang dan planet-planet bahkan semesta. Ada pula cara mengenal rambu-rambu lalu lintas sedari dini dengan berkendara mobil kecil bagi sang buah hati. Ada pula pengenalan nama zat kimia, bahkan di tugunya pun tertulis sejarah nama-nama Presiden Indonesia.

Setiap tempat yang dikunjungi di Taman Pintar ini, ada yang harus berbayar ada yang tidak. Bayarannya pun bervariasi. Sekedar informasi, Taman Pintar tidak selalu dibuka, hanya sampai jam 5 sore. Jika ingin keterangan lebih lanjut silahkan hubungi Taman Pintar :
Alamat Jl. Panembahan Senopati No. 1 – 3 Yogyakarta
Email info@tamanpintar.com
Telp.0274-583-631
Website www.tamanpintar.com


Setelah ke Taman Pintar, saya meneruskan perjalanan ke Malioboro. Malioboro di siang hari berbeda dengan Malioboro di malam hari. Di siang hari, tidak begitu banyak pengunjung di sini, mungkin cuaca yang panas membuat orang malas. Namun, di sana ada Toko Sumber Batik lho.

Saat sore, aku sudah sampai ke Alun-alun Selatan. Di alun-alun ini, suasananya begitu berbeda dengan yang ada di Alun-alun Utara. Ada banyak kemeriahan di sini dan juga pengunjung. Ada banyak jajanan yang disediakan. Ada juga banyak hiburan lokal yang disediakan masyarkat lokal seperti bermobil dengan dikayuh. Mobilnya dipasang lampu-lampu hias yang menawan dengan berbagai bentuk. Ada yang dibentuk Hello Kitty, kebanyakan sih emang dibentuk karakter anak lainnya. Di setiap mobil, ada lagu yang diputar, ada dangdut ada pula lagu anak-anak bahkan lagu jaman dahulu.

Selain itu, ada pula yang hanya duduk-duduk sambil bercengkerama dengan orang terkasih. Di sekitaran juga ada banyak penjual makanan ringan dan berat, jadi sambil makan mereka bisa sambil ngobrol. Kadang ada yang mengadakan acara kebersamaan di sini. Alun-alun terlihat menawan saat senja terurai dan mulai digantikan malam.

Dari alun-alun, saya naik Trans Jogja kembali ke arah MT. Haryono, namun tidak tepat di situ sih, lebih tepatnya di Jl. Kh. Ali Maksum, Panggungharjo, Sewon, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188. Dari depan setelah berhenti, saya harus jalan sekitar kurang lebih 1/2 jam menuju panggung ini. Dan 1/2 jam lagi berjalan untuk sampai di penginapan saya.

Sesuatu yang di luar dugaan saya dapatkan. Perasaan saya begitu bergetar saat melihat panggung ini di malam hari. Rasa seram, takut, dan juga terpukau karena bangunannya yang menjulang tinggi. Panggung ini seolah-olah menutupi jalan yang ada di sampingnya. Berada di tengah-tengah jalan seakan untuk memperlihatkan dirinya yang besar itu.

Panggung ini ternyata dulunya merupakan panggung pertunjukan seni dengan panggung yang berada di atas ketinggian kurang lebih 5 meter. Di bawah panggung terdapat ruangan yang seperti penjara kalau dilihat malam hari.

Kelelahan berjalan, akhirnya saya kembali ke penginapan dengan niat langsung tidur agar punya tenaga untuk perjalanan keesokan harinya.

Thursday, September 29, 2016

Day 1 in Jogja - Nyari Tempat Menginap dan Candi Prambanan

Day 1
Terminal Giwangan
MT. Haryono
Candi Prambanan
Malioboro


Hari ini saya nyampe di Yogyakarta pukul 7 pagi tepatnya di Terminal Giwangan. Terminal Giwangan ini letaknya di pusat kota, jadi kemana-mana enak. Masuk ke terminal, saya langsung menuju Trans Jogja. Saya langsung menuju MT. Haryono.

MT. Haryono
Saya dapat tempat penginapan murah di MT. Haryono. Kalau mau tahu gimana kisahnya sekaligus tipsnya biar dapat yang murah juga, baca di sini. Selain tempat nginapnya murah, tempat makannya juga murah-murah lho. Paket nasi ayam bakar dan teh manis jumbo cuma Rp 9500. Kalau di kota-kota besar, mana dapet segitu.

Hari ini saya mau ke Candi Prambanan. Jadi setelah selesai urusan tempat tinggal, saya menuju halte Trans Jogja lagi untuk mencari arah. Nah, mengikuti arahan, ternyata saya juga dibawa ke Bandara Adisucipto. Ternyata mudah banget ya kalau mau ke bandara, meski tanpa kendaraan pribadi, naik Trans Jogja pun bisa. Nah, terus nemu satu hal lagi. Ternyata juga nih, kalau mau ke Candi Borobudur, ga perlu naik kendaraan pribadi.

Jadi di dalam kompleks bandara, ada tempat bus yang menuju ke Candi Borobudur. Di sana, katanya sih biaya ga mencapai Rp 100 ribu buat ke Candi Borobudur. Terbilang murah karena Candi Borobudur emang jauh banget.

Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya tiba juga di Candi Prambanan. Dari halte bus, kita masih harus jalan sekitar 300 meteran. Untuk  masuk ke Candi Prambanan dikenakan biaya masuk Rp 30rb. Kalo kamu juga mau masuk ke Ratu Boko, jadinya Rp 50rb. Saat itu hari masih siang, jadi kalau aku masuk ke Ratu Boko, rasanya sia-sia. Ratu Boko sangat menawan pas sunset. 

Tips buat kamu nih. Mendingan kamu camping aja di Candi Prambanan, tapi ga available setiap saat lho, jadi kamu harus tanya ke pengurusnya kapan dibuka buat camping. Napa harus camping?
1. Kamu bisa lihat kemeriahan Candi Prambanan di malam hari karena dihiasi lampu-lampu terang.
2. Kamu bisa mendapatkan foto-foto eksotis Ratu Boko saat menjelang sunset. 
Itu pemandangan yang jarang banget bisa kamu dapetin.

Kamu mau tahu gimana kisah terjadinya Candi Prambanan? Ini kisahnya :
Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu ini dibangun sebagai tandingan bagi candi Budha yaitu Candi Borobodur dan Candi Sewu yang ada di dekat Candi Prambanan. Candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan pada tahun 850 masehi dan kemudian disempurnakan oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu






Di komplek Candi Prambanan ini ada juga beberapa kawasan lainnya yang bisa dikunjungi : 

Candi Lumbung
Arah ke Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu

Museum Candi Prambanan
Melihat Rusa
Dan terakhir beli suvenir. Di sepanjang jalan menuju Candi Prambanan dan perjalanan pulang lagi, ada begitu banyak penjual yang menjual suvenir. Mau beli suvenir di sini tuh banyak banget deh. Misalnya aja, aku beli sandal sepasang Rp 10 ribu, padahal kalau di Malioboro Rp 15 ribu. Jadi mayan banget kan?

Dulunya setiap orang harus mengenakan sarung, katanya sih buat sopan-santun. Tapi kalau sekarang, kalau ada yang datang menggunakan celana pendek, harus pake sarung kalau mau ke Candi Prambanannya.

Sepulangnya dari Candi Prambanan, ternyata udah menjelang maghrib. Tahu-tahunya aku ngelewatin Malioboro. Jadi karena belum makan, ya udah aku datengin aja Malioboro. Sepanjang jalan itu, ad begitu banyak penjual baju dan juga makanan. Kalau kita telusuri, kita bisa dari ujung ke ujung jalaninnya perlu 1 jam-an.

Pengen makan sate, ya udah akhirnya beli deh dari seorang ibu-ibu yang nongkrong di pinggir jalan. Cuma emang makanan di Malioboro ini mahal-mahal ya, jadi perhatikan harganya. Sate yang aku beli itu emang cuma Rp 20 ribu satu tusuk. Waktu aku lagi makan sate di dekat dia, ada orang asing yang beli juga. Mereka ngomong pake bahasa Planet Jupiter.
Karena kebetulan ibu ini juga bisa bahasa itu, jadi ketika ditanya berapa harga satenya, si ibu bilang harganya Rp 40 ribu. Wooowww

Jadi kalau ke Malioboro, jangan pake bahasa Jupiter, Mars, apalagi Pluto. Ngomong aja pake bahasa Jawa kalau perlu, pasti dikasih lebih murah deh.

Wednesday, September 28, 2016

Tips 3 Hari 2 Malam di Yogyakarta Meski Tanpa Persiapan

Saya akan bagiin tips murah ke Yogya, tips ini sekalian tips buat kamu yang belum ada perencanaan apa-apa tapi pengen pergi jalan. Tentu kita pasti kuatir dong kalo pegi tanpa perencanaan. Yang pasti tips ini dijamin ampuh (kayak obat aja ya ampuh, :))
Karena naek bis, saya punya banyak waktu untuk browsing. Cukup dengan Rp 1250 aka harga buat data internet ala mentari ( promosi nih ye) saya dapat penginapan murah dan lokasi yang banyak penginapan murahnya. Tapi sebelumnya saya bingung dari tempat saya berhenti saya harus kemana. Tapi ini ceritanya nanti dulu ya.

Saya cerita dulu ya napa naek bus. Yang pertama itu alasannya murah. Yang kedua, ga ngabisin waktu. Jadi saya berangkat pake bus malam (rata-rata semua yang berangkat itu jam 5-6 sore) jam 6 sore dari Cikarang. Sampe di Jogja itu jam 7 pagi. Sepanjang hari jadi saya enak kan bisa lama.

Nah jadi gini ceritanya (jadi dari tadi saya belum cerita heheheh)
1. Pan saya ditanya tuh, "Neng mau berenti dimenong?" Saya bingung dah. Bapak keneknya yang akhirnya kasih solusi dan bilang mending ke Terminal Giwangan. Soalnya terminal itu terminal di dalam kota jadi enak. Problem solved

2. Muncul lagi pertanyaan baru. Abis dari situ, saya naek apa? Nah, itu sebabnya saya browsing2 dan ternyata syukur banget sekarang udah ada Trans Jogya (promosi lagi neh kyknya wkwkw). Dari terminal itu, kita bisa langsung naek tuh bus. Yang ini masalahnya juga selesai ya

3. Pertanyaan selanjutnya, saya mau tinggal dimana? Lagi2, saya buka internet. Tanya mbah dimana penginapan murah. Kata si mbah, paling banyak penginapan yang murah itu di sekitar MT. Haryono dan Kaliurang, tapi saya lebih milih MT Haryono karena letaknya di pusat kota. Jadi ketika sampe, saya langsung ke shuttle bus Trans Jogja dan tanya naik apa kalau mau ke MT. Haryono.

4. Simpan data-data penginapan yang kamu cari tadi, terutama no telpnya, apalagi kalo kamu ga pake paket unlimited. Caranya? Print screen aja tuh website. Tau kan caranya print screen lewat android? Tekan tombol on/off dan tombol buat ngecilin suara barengan, ntar dia lansung nge-click aka print screen.

5. Saran saya berikutnya, langsunglah beli tiket bus buat balik di Terminal Giwangan, apalagi kalo lagi high season. Saya udah coba beli tiket KA udah penuh, ini naek bus dimahalin kira2 40-50rb dari harga normal. Tempat tiket busnya ada di lantai 2 halte Trans Jogja.

6. Saran lagi nih, bacalah semua keterangan yang ada di halte. Manfaatnya banyak lho. Saya baca tuh kalo pake flash bca senin, rabu, jumat selama masa promosi ntar, bayarnya cuma Rp 1500, aslinya TJ itu harganya Rp 3600. Jadi ketika saya datang di hari Jumat itu rasanya puas bisa naik bus AC cuma Rp 1500. Besokannya di hari Sabtu ternyata cuma Rp 2500, tetap lebih murah kan?

7. Saya sampe di MT. Haryono tapi ternyata penginapan murahnya tidak sebanyak yang saya sangka, apalagi high season kayak yang saya alami. Stress kan? Mau tinggal dimana nih eke? Sebelum mutusin ke Kaliurang yg jauh, saya coba cari homestay. Saya nemuin satu, dianter dengan baik hatinya sama 1 bapak2 (Btw, di jogja saya liat orangnya ramah2 lho, jadi jangan ragu bertanya. Kamu belajar byk sopan santun di sini). Homestay ini penuh jg sebenarnya tapi saya tanya terus ke bapak yang jaga, kan dia pasti tau kalau ada tempat lain yang murah dan masih ada yang kosong. Saya juga to the point kasih tau budget saya. Ga taunya, dia punya 1 kamar non AC yg rupanya emang ga buat disewain tp bisa dipake untuk keadaan darurat. Jadinya saya dapet deh tinggal di Homestay Laksmita ini

Laen kali daripada nyari2 kayak saya, mending langsung booking online deh kalo pengen dapat yg murah2, kalau bisa satu bulan sebelum keberangkatan. Tapi jangan kuatir, di sekitaran MT. Haryono seperti Pugeran, Gedongkiwo, Bantul, dan sekitarnya deh banyak kok hotel. Katanya sih kisarannya Rp 200-300 ribu masih dapat. Itu kalau terpaksa banget, baru deh kamu besokannya cari-cari penginapan yang murah.

Sekian tips dari saya, semoga bermanfaat yaaa


Wednesday, August 17, 2016

Day 11 - Saung Angklung Udjo dan Perjalananpun Berakhir

Day 11 di Bandung – Pulang ke Rumah
Saung Angklung Udjo
Cikarang

Baca sebelumnya : Day 10 di Bandung

Haiii, ini hari terakhir aku ada di Bandung, hari terakhir menikmati liburan sebelum kembali ke rutinitasku. Hari ini rencananya aku mau ke Saung Angklung Udjo, tempat yang dari kemarin-kemarin kutunda untuk didatangi.
 

 

 

Aku udah tahu jadwalnya dan juga udah tahu tempatnya dimana. Bagi kamu yang belum tahu, Saung Angklung Udjo menyajikan pentas kesenian dengan menggunakan angklung. Di sana juga menyediakan menu makanan Sunda yang beragam.
Saung Angklung Udjo ini bisa didatangi kapan saja untuk restorannya, namun pertunjukannya tidak ada setiap waktu. Ini jam buka pertunjukannya :
Buka setiap hari pukul 10.00 WIB, 15.30 WIB, dan 17.00 WIB
Alamatnya di : Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat
Telp. 022-7271714 / 022-7101736
Datang ke sana, aku liat banyak orang yang datang. Ada beberapa rombongan yang datang menggunakan bus. Tapi sayangnya, aku ga jadi nonton karena biayanya udah ga ada. Kalau nggak salah, biayanya Rp 60.000 Harga segitu, udah ga ada di budget, udah kepake buat yang lain kemaren-kemaren, hehehehe. Maklum, aku udah budgetin dengan budget bagpacker.
Oya, aku udah bilang belum ya, jadi budget yang aku keluarin untuk 11 hari di Bandung ini Rp 1 juta, ternyata masih sisa Rp 10 ribu setelah dipake buat ongkos pulang. Menurut kamu, murah nggak? Murah kan? Namanya juga biaya budget. Makanya aku udah ga bisa nonton angklung nih.

Aku beli jamur goreng ini, rasanya enak lho

Ini pemandangan di sekitar Dago :
 

Di perjalanan aku beli ini, namanya seblak. Awalnya enak tapi kalau kebanyakan makan jadi eneg, itu menurut aku.
 

Akhirnya aku kembali pulang ke kost. Aku pun beres-beres dan pamitan sama ibu kost yang buka warung di depan. Membawa tas pikul di punggung, aku naik Damri untuk ke Stasiun Leuwipanjang. Ternyata naik Damri murah juga lho, hanya Rp 4 ribu. Lain kali kalau mau jalan-jalan sekitaran Bandung, tapi ga punya kendaraan, pake Damri aja. Bandung kelihatan lebih jelas. Ada beberapa jalur yang dilalui oleh Damri ini yaitu :

Setelah sampai di Leuwipanjang, aku mencari Primajasa yang akan membawaku pulang. Sampai di sinilah ceritaku. Nantikan cerita lainnya di tempat yang lain yaaaa

Tuesday, August 16, 2016

Day 10 - Ciumbuleuit Punclut, Terminal Wisata Grafika Cikole, Taman Ganesha, Braga, dan Taman Film

Day 10 di Bandung
Ciumbuleuit Punglut
Grafika Cikole
Taman Ganesha
Braga
Taman Film

Baca sebelumnya : Day 9 di Bandung

Pagi-pagi aku diajak temenku ke Ciumbuleuit Punglut yang merupakan daerah pegunungan. Sepanjang jalan, udara dingin berasa banget, sekalipun hari sudah siang. Memandangi pegunungan jauh ke depan sungguh sangat menawan hati.
 

 

 

 
Kami lalu mendatangi salah satu rumah makan yang ada di sana, rumah makan ini katanya sih terkenal enak dan murah. Kami pun makan siang di sana. Sambil menikmati pemandangan alam yang menyajikan pohon-pohon, gunung, dan langit yang luas, kami pun makan makanan dengan pilihan menu yang lumayan banyak.

Setelah makan, kami ke Grafika Cikole, salah satu tempat perkemahan sekaligus tempat wisata. Di sini ada flying fox yang lumayan curam lho. Tapi mas penjaganya aku liat udah biasa banget ya, masa dengan satu tangan dia bisa menggelantung dan menaiki flying fox gitu aja. Udah kayak terbang di film-film gitu. Heehehhe
Di Grafika ini juga terdapat race car, meskipun saat aku datang tidak ada yang main. Di sini juga terdapat tempat peristirahatan yang bisa dipakai buat menginap. Kalau pengen murah, kamu bisa juga berkemping ria di sini. Cuma masalah harga, aku ga nanyain nih. Tapi kalau kamu mau nanyain, ini nomor yang bisa dihubungi sekaligus alamatnya :
Grafika Cikole
Jalan Tangkuban Perahu Km. 8, Cikole, Lembang, Jawa Barat
Telp. 022-82782441

Berikut ini adalah beberapa foto yang bisa kamu nikmati dari Grafika Cikole :
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hujan turun buat kami ga bisa kemana-mana, jadi sambil menikmati hujan kami putuskan untuk makan snack di sana. Ternyata pilihan menu makannya banyak juga lho, baik makanan berat ataupun makanan ringan.
 
Foto di dekat Kebun Raya ITB, kreatif banget
Menjelang sore, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Ganesha. Ternyata tamannya dekat banget sama Institut Teknologi Bandung (ITB). Aku sih ga masuk ke dalam, tapi dari depan aku bisa foto-foto. Ini hasil fotonya :
  
Sehabis itu, kami mau ke Braga, sebuah kota tua di Bandung yang menyajikan berbagai jenis makanan dan juga pemandangan rumah jaman dahulu. Cuma kami mampir dulu di kantor pos yang ada di dekat alun-alun. Ini pemandangan sekitar :
 

 

 

 

Ini foto pemandangan yang ada di Braga :
 

 

 

 


Ketika menjelang malam, kami makan di Bebek Garang Segar Merangsang. Dari namanya aja, udah bikin kamu segar bukan? Hehehe… Ternyata di sini menyajikan berbagai macam bebek dengan berbagai sambal yang buat kamu jadi segar. Berikut ini fotonya :
  

 
Sehabis makan, kami mengunjungi mall Braga yang ada di tengah Braga. Ga banyak yang bisa dilihat sih, namun ada satu aksesoris yang menarik perhatianku. Telepon box berwarna merah yang sangat menarik. Cocok buat foto tuh kalau ke Braga.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB ketika kami keluar dari Braga dan pergi mencari Taman Film. Ternyata asyik juga lho di Taman Film itu. Bagi kamu yang mau meluangkan waktu bersama anak namun ga tahu kemana, kamu bisa ke sini. Murah meriah, hanya bayar parkiran aja kalau bawa motor. Bagi yang bawa mobil juga bisa sih, kamu bisa parkir di dekat Taman Pasupati. Taman Film sendiri letaknya di belakang Taman Pasupati.
Operasional Taman Film :
Senin - Jumat: 18.30 - 21.00
Sabtu - Minggu: 17.00 - 22.00
email: tamanfilmbdg@gmail.com
twitter: @BDG_TamanFilm
Ingin mengadakan kegiatan lain selain film? Hubungi :
Oci +6285780800181
Fikar +6282218531441
Alie +6282120009949
Alamat : Jalan layang Pasupati, Bandung
Di Taman Film, setiap harinya menyajikan berbagai jenis film yang diputar dari televisi berlangganan. Dengan layar yang besarnya sekitar 80-100 inchi, kamu bisa menikmati film gratis dari jauh sekalipun. Film yang disajikan juga bagus-bagus lho, maklum pemerintah kota Bandung menyajikannya dengan saluran FOX.
Di taman tersebut, kita harus membuka alas kaki karena ada karpet hijau yang menyelimuti. Ini seringkali dipakai ibu-ibu dan anak-anaknya duduk dan bermain. Anak-anak lama-kelamaan akan saling berteman, sementara ibu-ibu nonton. Di sana ada juga pemuda/i yang berpacaran sambil nonton. Tentu saja, taman ini ada di bawah jembatan yang memang digalakkan pemerintah sebagai lahan umum bagi masyarakat. Bener-bener salut dengan pemikiran tersebut, apalagi sangat berguna bagi masyarakat.

Berikut ini suasana yang ada di Taman Film :

 

Baca selanjutnya : Day 11 di Bandung (Last Day)