Thursday, September 17, 2015

Day 5 di Bandung - Menyusuri Daerah Ciburial dan Cafe-Cafenya

Hari 5
-Ciburial
-Arafatea
-Cafe

Baca sebelumnya : Day 4 di Bandung

Menikmati Bandung dengan jalan kaki merupakan pertama kalinya bagiku. Jadi gini ceritanya. Kan kemaren waktu ke Tahura, aku ngelewatin Ciburial sebagian. Nah, aku penasaran, kemanakah jalan itu bermuara. Jadi makanya aku di hari kelima ini menyempatkan diri ke Ciburial.

Jujur, aku ga tahu pemandangan atau akan seperti apakah nantinya, tapi jiwa petualanganku memanggil. Maka, aku naikin lagi aku menuju Ciburial, naiknya dari McD Dago.

Aku ikutin aja abangnya sampe ke ujung jalan. Banyak hal yang aku temui di sana, mulai dari pedesaan, kemudian pemandangan cafe-cafe yang menarik, kembali ke pegunungan, eh kemudian pedesaan lagi.

Setelah mencapai pemberhentian terakhir, aku pun tertarik untuk melangkah ke suatu tempat yang terpencil. Sebenarnya, dari pemberhentian terakhir itu ada jalan lagi yang katanya menuju Warung Bandrek Warban Sekelojang, tapi karena jaraknya terlalu jauh (menurut pengakuan abang sopir sih sekitar 5 km lagi), aku pun memutuskan untuk menikmati daerah sekitar. Ini pemandangannya :








Ini kue masa kecilku, begitu nemu aku langsung beli
Liat kan daerahnya masih asri banget. Sebenarnya ini di luar rencana tapi kadang hal-hal yang ga terduga seperti ini bisa buat kita ngerasa lebih fresh dan tertantang untuk menjelajah daerah baru. Kalau punya temen dengan misi yang sama, itu lebih enak lagi.

Dari situ, aku jalan kaki tapi capek juga soalnya harus naik turun gunung gitu. Akhirnya aku nemu angkot. Eh, ternyata angkot yang tadi kunaiki. Baru bentar naik, aku ngeliat rumah ini, makanya aku mampir. Ternyata dia memproduksi teh :








Menariknya, di sini ada wisata holistik. Kita diajak keliling perkebunan teh sekaligus belajar tentang teh dari awal sampai akhir. Sayangnya harga teh-nya menurutku terlalu mahal. Teh putih ukuran 6gram dijual seharga Rp 25.000.



Tadinya mau makan di sini karena pengen nyobain makanan Perancis, tapi kok sepi banget ya. Ini restoran pertama yang aku temui, namanya Paris Villages. Di sana ada banyak lagi cafe/restoran yang bisa kita kunjungi, nanti akan saya liatin foto-fotonya.

Di sini ada suatu daerah yang dikenal sebagai Babussalam, daerah ini bener-bener beda sendiri. Dia punya klinik sendiri, masjid sendiri, dan komunitas sendiri. 





Ini pemandangan sekitar yang saya temui. Bandung juga keliatan dari sini, tapi saya agak bingung itu yang arah kotanya Bandung atau Lembangnya. Oya, udaranya masih seger banget lhoooo




Ini restoran kedua yang saya temui. Namanya : Loelanca. Sekilas sih kayak rumah biasa dan sepi pula. Kayaknya sih ga buka ya.
Ini restoran Kopi Ireng. Restorannya cukup menarik, kita harus naik belasan anak tangga dulu untuk mencapai restorannya seperti yang terlihat pada gambar.




Ya, kalau yang ini namanya Lisung. Di sini restorannya berbentuk kapal. Liat deh, ada kan kapal warna biru itu...cukup menarik desainnya. Ntar ada restoran lainnya dengan desain yang menarik. Cek aja langsung di bawah ini :











Tertarik dengan restoran sekaligus tempat pegelaran seni ini, akhirnya pun aku mendarat. Rencananya tadinya pengen makan di sini, tapi setelah aku pikir-pikir, karena pengen motret restoran yang lain, makanya aku urungkan niat. Di sini enak banget suasananya. Nama restorannya : Kopi Selasar.

Ini Sanggar Luhur


Keliatannya kurang menarik ya kalau dari luar, tapi ini ketika aku foto dari dalam, tempatnya asri banget. Cuma kayaknya tutup deh, soalnya pagar ditutup semua.

Restoran ini letaknya persis di depan Takigawa. Namanya : Mbok Bebek Ny. Yanie. Tapi karena aku pengen ke Takigawa, akhirnya aku mampir ke sana.


















Jadi untuk ke restoran Takigawa ini, kita harus naik lift. Kalau ga salah ke lantai 5. Sesampainya di atas, kita akan disambut dengan pemandangan sekitar, seperti yang terlihat di foto. Kalau mau buat nyantai, restoran ini enak bingits. Cuma ya memang rada mahal. Liat aja bill yang aku fotoin di atas.

Terus terang, untuk masakannya, aku kurang suka. Di dalam jus kayaknya dia ada kasih wine atau bir dikit deh, soalnya rasanya sedikit aneh.

Kalau pemandangannya, ga perlu diragukan lagi. Suasana restorannya juga enak banget. Berasa santai dan cozy.
Restoran Kebon Owi
 Restoran yang satu ini terkesan alami banget. Kalau mau ke sini, kita mesti turun. Cuma aku sendiri ga masuk ke dalam Kebon Owi ini. Dari luar terlihat seperti banyak pohon, terkesan asri dan 'benar-benar desa'.
Restoran the Valley
Restoran yang satu ini ga aku datangi sih, soalnya dia masih masuk lagi, kita mesti jalan beberapa jauh lamanya.












Inilah pemandangan yang ada di Restoran Coco Rio lantai satunya. Di tempat ini juga cozy banget untuk dijadikan tempat nongkrong. Direkomendasikan karena ngeliat menunya juga ada yang harga 'normal'.

Inilah yang terlihat dari lantai 2 Coco Rio. Kalau di bawah lebih adem, di atas terkesan lebih panas tapi pemandangannya luar biasa. Pilih yang manapun juga cozy kok






Aku ga datangi restoran yang satu ini. Tapi plang namanya semenjak masuk Ciburial emang mengesankan. Mengenai harga, aku kurang tahu. Mungkin kapan-kapan, aku akan bahas harga-harga yang ada di cafe-cafe Ciburial ini.

 Entah mengapa, sesudah masuk ke daerah Ciburial atau sebelum keluar, akan ada 'galeri' moge BMW. Galerinya kecil dan aku pun ga melihat ada orang yang menjaganya. Menarik juga bukan, ada galeri di dekat perkampungan gini? hehehhe
Setelah mengunjungi Ciburial, aku berniat ke Paskal Food Market, tapi karena baru sekali ngeliat, aku ga tahu persis itu dimana. Alhasil, aku tersesat. Aku akhirnya mampir ke salah satu mall di daerah Kaliki, kalau ga salah sih nama mall-nya Istana Kaliki (bener ga sih ada mall dg nama ini, hehehe)
Tetap ga nemu Paskal Food Market, aku akhirnya mengitari jalan di sekitar situ. Udah jalan jauh, eh ga nemu juga. Aku kemudian liat ada yang jual baso tahu. Aku baru tahu kalau yang dimaksud baso tahu itu ya penganan tahu yang dicampurkan bersama siomay. Aku pikir tuh ya, baso kuah yang biasanya kita makan gitu lho.


 Di samping baso tahu, dijual juga Ge Ong, makanan campur Hainam yang notabene isinya daging babi. Aku sih ga nyoba ya, tapi kayaknya banyak juga tuh yang beli.



Ketemu juga satu restoran yang menyediakan khusus makanan vegetarian atau makanan tanpa daging. Harganya pun murah bingitttsss, cuma Rp 8000 per porsi yang terdiri dari nasi dan 4 macam lauk. Gila, murah amir kan? Cuma karena udah kenyang, aku ga makan.

Itulah perjalananku di hari kelima di Bandung. Masih ada perjalanan di hari lainnya, nantikan kelanjutan kisah perjalananku ini ya...
Byeeee

Baca selanjutnya : Day 6 di Bandung

No comments:

Post a Comment