Monday, October 24, 2016

Indonesia Kaya, Kekayaan Indonesia yang Terlihat di Mall GI

Beberapa waktu yang lalu, aku sempat mengunjungi salah satu tempat yang sudah lama kutahu, tapi baru kali itu aku berani menginjakkan kaki ke situ. Tempat yang aku datangi yaitu Indonesia Kaya, salah satu tempat yang memperkenalkan kekayaan Indonesia, yang letaknya ada di dalam mall Grand Indonesia. Unik banget bukan?

Sebelum bicara tentang apa saja yang dapat kita lihat di sini, kita perlu tahu dimana letaknya. Jadi, kalau mau menuju GI, kalian hanya perlu naik transjakarta sampai Tosari, berhenti dan lalu tinggal jalan kaki 5 menit.

Setelah itu, carilah jalan menuju Blitz Megaplex, bioskop yang ada di GI, sebagai patokan letaknya paling atas. Nah, persis di depan pintu masuk GI, di sebelahnya terletak sebuah pintu lain yang bertuliskan "Indonesia Kaya". Tempatnya memang terlihat ekslusif, tapi jangan takut. Di sini bukan restoran ataupun toko yang menjual barang-barang mewah, namun tempat untuk kita lebih mengenal kekayaan Indonesia.

Satpam akan memeriksa barang bawaan kalian, setelah itu kalian bisa masuk dengan free. Tempat ini udah modern banget, jadi cobalah bereksperimen ya. Kalau aku sih pertama kali tertarik melihat layar yang sudah canggih banget. Ternyata layar ini diperuntukkan bagi kita untuk bisa mengenakan pakaian adat.

Alat ini menggunakan sensor / gerakan tangan. Arahkan tangan ke tombol yang diinginkan, atur posisi maju atau mundur untuk menyesuaikan dengan pakaian, dan akhirnya bergaya deh. Oya, melihat dari gambar di atas, kameranya itu ada di bawah kanan (dekat kaki kanan kita), jadi memandanglah ke arah kamera ya, jangan seperti saya hehehhehe


Setelah itu, di sini kita bisa mengenal berbagai alat musik tradisional di Indonesia, bahkan kita bisa membuat lagu kita sendiri dengan alat tersebut dan memainkannya. Keren banget kan? Nah, inilah yang dimainkan oleh para pengunjung di sini.

Kita juga bisa menyaksikan layar film asli Indonesia. Di sini sih, ada lawakan-lawakan ala Petruk Gareng gitu, jadi kalau kamu mau tahu gimana, kunjungi aja langsung.

Wayang, salah satu pertunjukan asli Indonesia

Sebenarnya, apa sih yang dilakukan pria ini? Kok aneh banget tangannya sampe naik-naik begitu? Nah, ini dia jawabannya.
Ternyata dia sedang belajar mengemudikan sebuah pesawat yang menggunakan sensor tangan untuk menggerakkannya. Pesawat inilah yang akan membawa kita mengelilingi Indonesia.

Kita juga bisa mengenal berbagai jenis batik di sini dan pakaian-pakaian adat yang dipajang di lemari. Meskipun tidak begitu lengkap, namun fasilitasnya cukup menawan karena bergaya teknologi masa kini. Di sini juga disediakan tempat duduk bagi kamu yang sudah kelelahan setelah beraktivitas.

Friday, October 21, 2016

Jembatan yang Lagi Nge-Hits di Jakarta Barat

Baca di facebook, ada jembatan yang lagi bikin heboh. Katanya jembatan yang satu ini menarik para wisatawan untuk datang dan melewati jembatan tersebut. Karena penasaran, akhirnya aku pun berkunjung ke jembatan tersebut. Jembatan yang menghubungkan antara Central Park dan Neo Soho ini terlihat ramai dikunjungi, meskipun hari itu masih siang dan panas menyengat.

Jika dari Central Park, jembatannya bisa masuk diakses dari sini ataupun dari samping H&M yang ada di atas lantai ini


Ini pemandangan dari atas jembatan. Dikelilingi oleh bangunan-bangunan tinggi sehingga membuat kita merasa berjalan di antara bangunan tersebut.


Banyak yang asyik berfoto di sini, baik sendirian maupun bersama orang terkasih. Jembatannya luas sehingga menampung banyak orang. Meskipun siang terik, namun ada tempat untuk berlindung sehingga tidak akan kepanasan.

Lihatlah betapa banyaknya pengunjung yang memadati jembatan ini. Mereka semua banyak yang diam di tempat dan berfoto ria. Ditambah pemandangan yang menawan, kalian pasti betah kalau ke sini.
Bagi para orangtua dan mereka yang lelah, disediakan tempat untuk beristirahat. Letaknya ada di tengah-tengah jembatan. Karena berada di area tanpa atap, tempat ini sangat tidak menyenangkan jika sedang musim hujan.


Rata-rata yang datang bersama keluarga ataupun teman ini, nampaknya sangat betah berada di jembatan dan sangat sedikit yang pada akhirnya masuk ke Neo Soho. Saya sendiri berfoto ria di jembatan ini selama 15 menit karena ada banyak sudut pandang yang bisa diambil.


Nah, kita sudah berada di seberang (New Soho). Di sini masih terlihat masih ada perbaikan yang dilakukan, yang saya perkirakan dalam bulan November 2016 sudah selesai.

Saya sendiri tidak menuju Neo Soho namun balik lagi ke Central Park. Rencananya sih mau foto jembatan ini saat malam hari, ketika lampu-lampu bersinar berwarna-warni. Namun apa daya, hape iphone 5 yang saya pakai sudah memasuki masa kritis dan saya tidak bawa powerbank, jadi di bawah ini adalah foto-foto yang saya dapatkan dengan sisa-sisa kehidupan baterai yang ada.



Monday, October 10, 2016

Day 3 in Jogja - Jogja Kembali dan Perjalanan Pulang

Day 3

Monumen Jogja Kembali
Pengalaman saat pulang

Hari ini saya pulang pukul 3 sore, tapi masih ada waktu bukan buat jalan-jalan menyusuri tempat wisata di Jogja lainnya. Jadi saya putuskan untuk pergi ke Monumen Jogja Kembali.

Ada beberapa yang bisa kita lakukan di sini :
1. Melihat nama-nama siapa para pahlawan yang telah membela Jogja saat kemerdekaan
2. Berbagai permainan anak-anak yang bisa dimainkan
3. Cafe-cafe yang unik
4. Melihat diorama yang ada di museum
5. Berfoto di museum yang unik banget
6. Berfoto di sekitar lingkungan museum. Cakep deh pemandangannya
7. Melihat sejarah lewat tembok yang diukir di atas museum

Maaf banget, fotonya ga tahu ilang kemana. Ntar coba aja kamu foto-foto sendiri yaaa

Nah, setelah jam 11, aku pulang kembali ke kost, maklum perjalanannya agak jauh. Setelah mengambil seluruh hartaku yang sudah kusiapkan semalam, aku pun berpamitan dengan pengurus wismanya dan mulai berjalan menuju bis Trans Jogja.

Sesampainya di Terminal Giwangan, aku sudah setengah was-was aja. Jadi waktu di bis, aku udah coba telepon orang yang kemaren buatin aku tiket kembali. Eh, ga tahunya hapenya ga aktif. Bingung banget dah. Sesampainya di sana, aku menuju ke loketnya, tapi ternyata ga ada orang di situ. Nah, jelas aku tambah bingung dong ya

Karena aku hapal namanya, aku tanyakan kepada bapak-bapak yang lain yang lagi sibuk ngurusin bis. Dia cuma bilang untuk aku menunggu. Ketika dia lewat lagi, aku tanya gimana. Dia kemudian nganjurin aku ke satu orang.

Dari orang inilah aku baru tahu kalau bapak yang menjual tiket itu kabur sambil bawa uang, ada beberapa orang yang juga mengalami nasib yang sama.

Nasib ya nasib

Dan puji Tuhan banget, akhirnya kami diarahkan ke satu bis. Kami belinya sih tiket dengan bis AC dan toilet. Tempat duduknya pun harusnya cuma sedikit sehingga kaki bisa lega. Tapi akhirnya kami dikasih bis yang AC tapi ga ada toilet ternyata, apalagi tempat kakinya dikit banget. Mayanlah ya daripada harus beli tiket lagi.

Untungnya aku cuma bayar setengah tiket kemaren itu, jadi aku diharuskan bayar tiket lagi nih setengahnya. Kalau nggak, pasti aku juga ga diurusin. Dan itulah akhir petualanganku ke Jogja selama tiga hari

Monday, October 3, 2016

Day 2 in Jogja - Berwisata Seharian di Kampung Wisata Tamansari dan Sekitarnya

Day 2
Mesjid bawah tanah
Tamansari
Kraton Jogja
Alun-alun Utara
Benteng Vredeberg
Taman Pintar
Malioboro
Sumber toko batik
Alun-alun Selatan
Panggung Krapyak


Ga tahu nih foto-fotonya ada dimana, udah kucari-cari tapi ga nemu. Nyesel juga kalau udah pegi tapi lama baru ditulisnya. Gini nih resikonya. Nanti kalau ada, aku tambahin deh. Lagi berharap jangan sampe foto-fotonya ada di hard disc ku yang rusak itu.

Jadi di hari kedua ini, aku pegi ke banyak tempat yang asyik punya. Yang pertama aku pergi ke Mesjid Bawah Tanah. Mesjid ini unik banget. Dari luar, kita cuma ngeliat atapnya doang, tapi sekali masuk ke dalam begitu menggoda pemandangannya, meskipun juga sedikit menakutkan. Eh ternyata pas banget ada yang lagi prewedd. Jadi di tengah-tengah mesjid ini, ada semacam panggung gitu. Mereka foto di tengah-tengahnya. Yang menarik, keseluruhan mesjid dibuat dari tanah liat / bebatuan.

Dari mesjid, aku ke Gereja Bawah Tanah. Unik banget kan? Di sini tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, karena lebih menakutkan dari mesjid sebenarnya.

Sejalan dengan kedua tempat ini, aku menyusuri jalan menuju Taman Sari. Pas aku nyampe, si ganteng Christian Sugiono juga dateng. Kalau aja dia belum menikah, mungkin aku bakalan ngerasa dia jodohku kali yak, wkwkkwkkw

Taman Sari ini dulunya merupakan sebuah tempat pemandian, katanya sih para sultan jaman dulu suka mandi di sini. Bangunannya emang heboh. Di tengah-tengahnya ada kolam gede untuk mandi gitu, tapi sekarang cuma jadi kolam ga terawat. Tempatnya cukup luas nih, tapi menarik buat foto-foto. Kalau mau foto prewedd di sini juga oke banget.

Abis itu, aku menyusuri jalan yang berlawanan arah dengan yang tadi kudatangi, ternyata aku sampe di Keraton Jogja. Di sini, bagi yang ingin masuk keraton dan melihat-lihat, tidak diperkenankan menggunakan topi ataupun payung atau sesuatu yang menutupi kepala. Kenapa? Karena dianggap tidak sopan.

Tarif masuk Keraton berbeda antara turis domestik dan turis mancanegara.
Turis domestik : Rp 7000
Turis asing        : Rp 12.500
Pake kamera profesional, bayarannya ditambah Rp 1000
Keraton Yogyakarta hanya dibuka pukul 09.00 - 14.00 WIB

Lanjut dari keraton, aku temui banyak yang jual kaos Dagadu, baju tradisional Yogyakarta, dan juga suvenir lainnya. Setelah bertanya arah, aku pun jalan kaki ke alun-alun. Yang pertama, aku sampe di Alun-Alun Utara. Cuaca saat itu panas, jadi alun-alun ini terlihat gersang. Beli es kelapa pun ga enak, karena udah banyak yang cair esnya sehingga rasanya hambar, kelapanya pun udah alot kayak kakek-kakek saking tuanya, hehehhe

Akhirnya, aku lanjut aja jalan. Eh jalan-jalan malah tiba di Titik Nol. Di sana, aku menuju ke Benteng Vredeberg, dia berada di Jl. Jend A. Yani No. 6. Untuk masuk ke benteng ini, harganya lumayan murah lho.
Dewasa Rp 2000
Anak-anak Rp 1000

Apa yang bisa kita lakukan di sini? Ada banyakkk...
1. Pas pertama masuk, kita bisa langsung ke bioskopnya. Ada film-film lawas di sana. Ga usah bayar lagi, tinggal nikmati aja.
2. Melihat diorama bagaimana Indonesia merdeka. Di sebelah bioskop persis, yang ada itu diorama 2, jadi untuk melihat dari nomor satu, kalian harus ke kanan setelah masuk gerbang. Abis itu nyeberang untuk ke diorama 2. Nanti dari diorama 2, diarahkan kok ke diorama 3 dan 4-nya.
3. Kalian bisa main game juga di dalam gedung diorama itu. Jadi di sana disediakan komputer yang bisa ada game-nya, gamenya ga jauh-jauh dari kebudayaan dan perjuangan bangsa Indonesia.
4. Foto prewedd juga bagus di sini
5. Para mahasiswa kesenian juga ngelukis gedung-gedung waktu aku dateng ke sini. Lukisannya apik banget.
6. Ada perpusnya juga
7. Kamu bisa naik ke lantai duanya dan lihat bagaimana benteng-benteng ini dipagari. Oya, kita juga bisa lihat tempat tinggal para tentara dulu.

Dari Benteng Vredeberg, aku lanjut lagi ke Taman Pintar, jalan kaki aja karena cukup deket kok. Kalau kamu ingin mengedukasi anak, ini tempat yang tepat untuk memulai. Ada beberapa wahana yang dapat dipilih, sambil bermain sambil belajar.

Di Taman Pintar ini ada planetarium yang dipakai buat mengenal bintang dan planet-planet bahkan semesta. Ada pula cara mengenal rambu-rambu lalu lintas sedari dini dengan berkendara mobil kecil bagi sang buah hati. Ada pula pengenalan nama zat kimia, bahkan di tugunya pun tertulis sejarah nama-nama Presiden Indonesia.

Setiap tempat yang dikunjungi di Taman Pintar ini, ada yang harus berbayar ada yang tidak. Bayarannya pun bervariasi. Sekedar informasi, Taman Pintar tidak selalu dibuka, hanya sampai jam 5 sore. Jika ingin keterangan lebih lanjut silahkan hubungi Taman Pintar :
Alamat Jl. Panembahan Senopati No. 1 – 3 Yogyakarta
Email info@tamanpintar.com
Telp.0274-583-631
Website www.tamanpintar.com


Setelah ke Taman Pintar, saya meneruskan perjalanan ke Malioboro. Malioboro di siang hari berbeda dengan Malioboro di malam hari. Di siang hari, tidak begitu banyak pengunjung di sini, mungkin cuaca yang panas membuat orang malas. Namun, di sana ada Toko Sumber Batik lho.

Saat sore, aku sudah sampai ke Alun-alun Selatan. Di alun-alun ini, suasananya begitu berbeda dengan yang ada di Alun-alun Utara. Ada banyak kemeriahan di sini dan juga pengunjung. Ada banyak jajanan yang disediakan. Ada juga banyak hiburan lokal yang disediakan masyarkat lokal seperti bermobil dengan dikayuh. Mobilnya dipasang lampu-lampu hias yang menawan dengan berbagai bentuk. Ada yang dibentuk Hello Kitty, kebanyakan sih emang dibentuk karakter anak lainnya. Di setiap mobil, ada lagu yang diputar, ada dangdut ada pula lagu anak-anak bahkan lagu jaman dahulu.

Selain itu, ada pula yang hanya duduk-duduk sambil bercengkerama dengan orang terkasih. Di sekitaran juga ada banyak penjual makanan ringan dan berat, jadi sambil makan mereka bisa sambil ngobrol. Kadang ada yang mengadakan acara kebersamaan di sini. Alun-alun terlihat menawan saat senja terurai dan mulai digantikan malam.

Dari alun-alun, saya naik Trans Jogja kembali ke arah MT. Haryono, namun tidak tepat di situ sih, lebih tepatnya di Jl. Kh. Ali Maksum, Panggungharjo, Sewon, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188. Dari depan setelah berhenti, saya harus jalan sekitar kurang lebih 1/2 jam menuju panggung ini. Dan 1/2 jam lagi berjalan untuk sampai di penginapan saya.

Sesuatu yang di luar dugaan saya dapatkan. Perasaan saya begitu bergetar saat melihat panggung ini di malam hari. Rasa seram, takut, dan juga terpukau karena bangunannya yang menjulang tinggi. Panggung ini seolah-olah menutupi jalan yang ada di sampingnya. Berada di tengah-tengah jalan seakan untuk memperlihatkan dirinya yang besar itu.

Panggung ini ternyata dulunya merupakan panggung pertunjukan seni dengan panggung yang berada di atas ketinggian kurang lebih 5 meter. Di bawah panggung terdapat ruangan yang seperti penjara kalau dilihat malam hari.

Kelelahan berjalan, akhirnya saya kembali ke penginapan dengan niat langsung tidur agar punya tenaga untuk perjalanan keesokan harinya.